Monday, August 30, 2010

Tertipu

Orang-orang sibuk mencari rejeki. Dari pagi, siang, sore hingga baru pulang malam hari. Katanya demi menghidupi anak isteri. Untuk warisan keturunan yang nanti ditinggalkan. Pak Tani bekerja di sawah. Pegawai pergi ke kantor. Pedagang pergi ke pasar. Wiraswasta rajin membuka lapaknya.

Semua lelah dikejar-kejar kesempatan. Nafas dipacu berlomba dengan waktu. Nadi berdetak terburu. Seolah hidup masih panjang berlalu. Padahal sebenarnya, cerita di dunia akan segera berhenti. Kematian yang tiba-tiba menyapa tanpa pemberitahuan sebelumnya.


Semua hasil kerja berupa harta, kebanggaan, medali kesuksesan akan ditinggalkan. Dicatat atas nama pewarisnya. Dikenang oleh jaman. Yang terbawa hanya kafan dan sebujur badan. Tubuh kaku itu masuk kubur ditanam dalam tanah basah. Setelah itu???? Hanya Tuhan yang tahu

Kawan,
kata Bapa Guru hidup kita di dunia ini ibaratnya singgah sebentar untuk berteduh. Istirahat sejenak mengusap peluh. Selanjutnya kita akan meneruskan perjalanan ke kampung akhirat. Makanya perbekalan jangan dihabiskan. Karena kalau perbekalan habis di tengah jalan, di kampung akhirat kita makan apa???? sedang di sana sudah tidak ada lagi kesempatan berusaha.

Alangkah sedihnya, jika diri yang satu ini diperlakukan tidak adil. Wong di dunia dipikirkan; dicarikan makan, dibelikan pakaian, diusahakan rumah naungan, dipasangi sepatu, dimulyakan, dst. Lha kok yang di akhirat belum dipikirkan sama sekali??? ini bagaimana ceritanya yah?? Ini namanya tidak adil. Diri yang satu, sama-sama miliknya. yang di dunia dipenuhi kebutuhannya, tapi yang di akhirat belum dipikirkan sama sekali. gimana ya?

Kawan-kawan jangan mengandalkan syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, dan pinter ngaji. Trus merasa sudah cukup bekal pulang ke akhirat. Karena Nabi Muhammad yang sudah jago dan amalannya berlebih saja, masih memikirkan akhirat kok. Buktinya, sampe wafat beliau tidak mewariskan apa-apa ke keturunannya.

Lalu keluarganya juga begitu. Para sahabat mulai Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Mereka hidup bersahaja di dunia. Tidak ada rumah, kendaraan, atau harta warisan yang ditinggalkan. Seluruh hasil kerjanya dikirim ke akhirat dengan cara disedekahkan untuk perjuangan fii sabilillah, didermakan untuk kepentingan agama, fakir, yatim, janda, dll.

Ayo kawan-kawan,sadarkan dirimu.
Jangan tertipu dunia yang menawarkan keenakan semu. Enak di dunia ini cuma sesaat setelah itu wafat. Kadang keinginan kita belum kesampaian, maut sudah lebih dulu menjemput. Bukankah itu tertipu namanya?? seolah hidup akan berlangsung seterusnya, tahu-tahu ketika sedang ngotot mengejar harapan, mati menghampiri. Bukankah itu tertipu namanya??

Tengoklah teman-teman,
Orang yang memikirkan kebutuhan dunianya saja, pasti berakhir sengsara. Karena tamak berburu harta, akhirnya terjerat korupsi, dipenjara. Sudah begitu biasanya gak punya malu. Tebar senyum sumringah seolah tak bersalah. Kasian. Tertipu kan? maunya ngurus dunia saja, hingga akhirat terlupa.

Begitu sampai di alam kubur, baru tahu bahwa bekal belum tersedia. Maka menjeritlah kita sekuat-kuatnya. Karena kaget dan tak menyangka, secepat itu kita dipanggilNYA. Lebih kaget lagi karena seluruh perbekalan kita tertinggal di dunia. Belum sampai terkirim ke kampung halaman kita, akhirat. Kita melolong minta tolong mengiba agar dikembalikan ke dunia. Tapi semua sudah percuma. Karena saat di kubur, yang tersedia hanya vonis siksa. Tak ada lagi kesempatan mengulang kembali. Yang tersisa hanya jerit menyayat langit....

Akhirnya aku akhiri tulisan ini dengan untaian pesan Bapa Guru: cinta dunia adalah sumber dari segala kejahatan.

No comments: