Thursday, January 20, 2011

Untung Ada Akhirat

Ketidakpuasan karena keterbatasan merupakan ciri khas kehidupan di dunia. Sebanyak apapun kekayaan, sesehat ruh badan, segaul apapun penampilan, senikmat apapun makanan, setinggi apapun harapan, senyaman apapun hunian, seenak apapun kendaraan, sebagus apapun fisik pasangan, setenteram apapun kekeluargaan, sebebas-bebasnya perbuatan, sekuat apapun kekuasaan, tetap saja akan terasa ada yang kurang. Selalu saja muncul sifat fana duniawi yang membatasi.

Kekayaan mustahil memiliki seluruh bumi. Ganteng dan cantik masih berbau pesing kalau pas kencing. Kesehatan pasti diselingi jeda sakit. Makanan dibatasi ruang perut yang kenyang. Harapan pasti ada yang tak kesampaian. Kendaraan akan aus dan usang. Pasangan kian tua usia, keriput kulitnya dan pasti akan uzur kebagusan fisiknya. Tenteram damai berkeluarga pasti direnggangkan oleh waktu. Perbuatan apapun pasti ada hentinya. Sesenang-senangnya perassaan, pasti ada rasa bosan.Kekuasaan sering diliputi rasa khawatir pemakzulan dan pengkhianatan. Kalaupun sampai awet beberapa lama nikmat-nikmat itu, tetap saja ada keniscayaan mati yang akan menghalangi.


Untunglah Allah dengan kearifanNYA menyediakan akhirat buat manusia. Sebuah kehidupan lanjutan yang bercirikan keserbabolehan, kebebasan dan kekekalan. Sebuah fase sejarah antitesa dari fakta duniawi yang terikat dimensi ruang, waktu dan materi. Allah tahu sifat manusia yang ingin puas, bebas, merdeka, dan berkehendak enak selamanya. Semua keinginan manusia itu tak dapat terpenuhi di dunia sehingga untuk itulah Allah membuat akhirat.

Kalau saja kita semua menyadari sifat kekekalan dan keserbabolehan akhirat ini, niscaya akan gandrung berusaha meraihnya. Terus bersemangat fokus menyiapkan akhirat dengan tetap menghidupi dunia secara sahaja.

Tak usah kemaruk menumpuk fulus di dunia ini sehingga sampai sedemikian rendahnya menjual moral dan nilai kemulyaan diri. Tak perlu berebut menjadi markus hanya untuk memperkaya diri sampai harus menukar iman dengan segepok materi. Tak kan terjadi kasus Pak Gayus yang sekarang ini membuat heboh seluruh negeri melalui pemberitaan internet, koran, radio dan televisi.

Ibaratnya anak kecil di desa yang belum bekerja ketika mendapat hadiah uang seribu rupiah, tentu ia akan menerimanya dengan perasaan girang bukan kepalang. Karena buat anak kecil itu, nilai seribu rupiah sudah sangat besar artinya. Tapi buat kita para dewasa yang sudah bekerja dan tinggal di kota, uang seribu rupiah itu tentu kita terima dengan biasa, bahkan kadang menampik karena merasa terlalu kecil nominalnya.

Begitulah perumpamaan dunia dan akhirat. Buat orang yang imannya masih kecil, melihat merasakan kenikmatan dunia tentu ia akan senang dan saling berebut. Bila perlu adu jotos dan saling sikut. Persis seperti perumpamaan anak kecil yang diberi seribu rupiah tadi. Tapi buat kita yang imannya sudah dewasa, segala fasilitas pemberian Allah di dunia akan kita terima dengan biasa saja.

Tak perlu cakar-cakaran dan saling menjatuhkan hanya karena kemaruk meraih popularitas, materi, kekuasaan, jabatan, dan kenikmatan dunia. Karena kita tahu dunia ini 1 % nilai nominalnya dibandingkan derajat akhirat yang 99 % besarannya.

Mengingat akhirat tidak berarti melupakan dunia. Zuhud bukan berarti malas bekerja. Optimis akhirat bukan berarti pesimis dunia. Kita tetap berusaha keras dan bekerja giat selama di dunia. Hasil kerja itu yang kita tasarufkan untuk kebersamaan. Kebutuhan pribadi dan keluarga di dunia kita cukupi secara sederhana saja.

Nikmat hasil pekerjaan serta kesenangan dunia yang hanya 1 % ini, biarlah kita sedekahkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan agama, bangsa dan negara. Dari sedekah sebanyak-banyaknya itulah, nanti akan berbunga 99 % berupa ganjaran dan derajat berlipat di akhirat.

Inilah yang disebut investasi penanaman modal akhirat (PMA). Ad-dunya mazroatul akhiroh. Semakin banyak kita menanam bibit amal sosial di dunia, maka akan semakin besar panen pahala yang akan kita tuai di akhirat.

Karena kita tahu akhirat lebih menjanjikan dan lebih membanggakan dibanding dunia, maka fokus tujuan kita akan kesana. Efek positifnya, kita akan terhindar dari sifat rakus harta, kemaruk kuasa, doyan dosa dan perbuatan nista lainnya yang diakibatkan cinta dunia berlebihan. Efek positifnya lagi, kita akan gemar bersedekah dan tidak eman mengorbankan kepemilikan yang paling kita cintai untuk kebutuhan pencerdasan dan penyejahteraan umat.

Bagi para pemimpin agama, penegak hukum dan aparatur negara, kepercayaan akan adanya akhirat akan berimbas positif pada pelaksanaan tupoksinya. Yakinlah apa yang kita lakukan di dunia pasti akan dimintai pertanggunggugat di akhirat.

Jika berfikir mendasar seperti itu, tentu kita menghindari perilaku korupsi, kolusi, mempermainkan nasib orang dan perbuatan zalim lainnya. Maka bersabarlah kalian wahai pemimpin agama, pemimpin bangsa, penegak hukum dan aparatur negara. Jangan berebut nikmat dunia yang secuil ini, apalagi sampai nekad mengimami jamaah korupsi !

Pengarusutamaan akhirat akan memupuk kejujuran dan etos kerja yang bersemangat ikhlas. Pelayanan sebagai abdi masyarakat dilaksanakan tanpa paksaaan, bebas tipu-tipu dan atau pungutan tanpa aturan. Ganjaran berlipat di akhirat jauh lebih mengekalkan dan membahagiakan daripada rebutan korupsi di dunia yang berujung malu sekeluarga, masuk penjara, dan dicap penjahat oleh masyarakat. Keuntungan investasi sedekah untuk akhirat akan membangun kolektifitas tim dan penghematan anggaran besar-besaran.

Para pencari keadilan dunia yang selama ini sudah pupus asa, berbesar hatilah dan bersabarlah. Karena masih untung ada akhirat buat kita memimpikan harapan. Di sanalah keadilan dan kepastian hukum akan berlaku sesungguhnya. Kita bisa menuntut sekaligus sebagai jaksa dan memperoleh keadilan sebenar-benarnya. Para malaikat akan menjadi saksi dan Allah sebagai ketua hakim tertinggi.

Bagi peminat kebebasan, kepuasan dan kesenangan, songsonglah akhirat dengan bersemangat. Di sanalah kita bisa bebas, puas, senang, bahagia, bangga, kuat, cantik, kaya, dan hidup selamanya. Hidup terus muda, asuransi jiwa all risk anti semuanya, kesenangan tanpa bosan, hati bersih dari dendam, steril dari suara makian, kendaraan kelas premium tanpa takut BBM kehabisan, pendamping yang anti aging, rumah dari cahaya berdinding air bening, kekayaan sepuluh langit dan bumi, jika kurang masih bisa nambah lagi. Semua harta itu dibebaskan dari kewajiban bayar pajak.

Sungguh akhirat jauh lebih baik dan baka daripada dunia. Wa lal-aakhirotu khoirun laka minal uulaa. Masa depan akhirat itu peruntukannya buat kita semua, kaum beriman yang dewasa pemikirannya. Tentu kita harus menunggu hingga tiba waktu esok itu. Butuh kesabaran luar biasa, pengorbanan harta-pikiran-tenaga, kekuatan mental, investasi amal sosial, dan energi ekstra selama di dunia ini agar janji Allah 99 % di akhirat bisa kita nikmati selepas wafat nanti. wal aakhirotu khairun wa abqaa. inna haadzaa lafi suhufil uulaa suhufi ibraahiima wa muusaa.

No comments: