Friday, May 06, 2011

WatchDog-ku Sayang

apa media sudah kehabisan stok berita ya?
kok sampai sempat-sempatnya kita, unggah berita asumsi tentang media arab yang tak ikut memberitakan dongeng wedding itu?? EGP gitu loh !

ya wis toh, hak media Arab untuk tidak lebay dan latah menyiarkan dongeng wedding yang tak penting. Lebih baik ngurusi prioritas berita dalam negeri mereka yang butuh penanganan dan keseriusan. Mereka lebih bertindak pinter, dan menjauhi mental inlander !

Lha daripada media kita yang ramai-ramai live streaming, buat apa juga?

saya bukan arabroadcaster atau araboy yang membela mereka karena alasan rasial dan atau sentimental.


Saya aseli warga Indonesia yang cinta Indonesia, termasuk media dan pewartanya. Justeru dengan kritik ini, saya mau jurnalisme kita kembali berlari pada profesi "watchdog"nya. Bukankah masih banyak berita nasional dan daerah yang layak diunggah? seperti gempa Aceh kemarin yang bikin panik orang sana? kenapa tidak diberi perhatian minimal sama?


Ada juga prestasi anak-anak pertiwi di luar negeri yang hebatnya luar biasa. Kenapa tidak diberitakan semeriah ini? malu aku, kita ikut-ikutan tepuk tangan, larut dalam perayaan dan komentar cengengesan, tersihir pengalihan isu 'royal wedding" itu yang entah manfaatnya apa buat negeri kita? sementara kita acuh membiarkan warga aceh sana mendelik bergidik ketakutan berlarian???


Biarlah saya dituding sok nasionalis atau kurang gaul, jika narasi ini dirasa terlalu normatif dan mencolot keluar dari arus utama.. biarlah.. saya menghormati saja jika ada yang lebih suka ditindih "stockholm syndrome": tersandera oleh perkosaannya industri sindikasi media, tapi malah merem-melek-mesem menikmatinya...


Pesan pengiling untuk rekan-rekan saya alumni AWS tercinta:


"Besok kalau nulis berita yang cerdas ya? berita kawin sosialita cukup 5-10 menit saja di slot infotainment seperti biasanya... tak perlu heboh booming apalagi pake ribut live streaming kayak baru pertama sightseeing "the royal kucing wedding on terrace genting".


Ah patologi pariah, kapan negeri ini steril dari gosip sampah, pengalihan isu murah, dan penyakit "inlander keminter nan keblinger"?


salam jurnalis kritis & skeptis !
GA9

No comments: