Friday, March 11, 2011

Tuhan Masih Bisa Dipercaya

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”


Masihkah Anda ingat petikan tiga alinea itu? Jika masih hapal selengkapnya, maka bersyukurlah karena catatan sejarah Anda bagus nilainya. Bila agak-agak lupa, maka saya ingatkan lagi, petikan di atas adalah tiga alinea pertama teks “Pembukaan UUD 1945”. Itulah modal sakral bangsa ini dalam mengawali cita-cita perjuangan kemerdekaannya.

Khusus alinea yang berhuruf tebal, tertulis disitu bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah menurunkan rahmatNYA sehingga rakyat Indonesia berani menyatakan merdeka dari penjajahan Jepang dan Belanda. Atas restu kasihNYA, saat itu Indonesia tetap kuat bersatu di tengah genting ancaman serdadu pendudukan dan ulah pengkhianatan. Alhamdulillaah, akhirnya Indonesia bisa memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, bertepatan saat bulan suci Ramadhan.

Saya, Anda, kita semua, saat ini memiliki keprihatinan yang sama. Sulit percaya bahwa kondisi bangsa akan segera pulih jika membaca berita elit politik yang hanya sibuk tarung. Pasrah dan apatis bila melihat kondisi masyarakat yang mudah tersinggung. Pimpinan rebutan kepentingan sendiri, rakyatnya jadi korban tidak dipeduli. Kata pepatah, “gajah lawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah”.

Rasanya kita ingin mutung massal saja. Karena toh setelah berharap lama, para pimpinan-pimpinan seolah menelantarkan kepercayaan yang kita titipkan. Hampir sejak reformasi bergulir, pimpinan silih berganti lahir, pengamat dan tokoh saut menyahut hadir, tapi selalu berujung cerita yang sama. Yakni kepercayan kita kepada mereka berakhir dengan rasa kecewa.

Namun sontak kembali saya, Anda, kita semua disadarkan. Orang Indonesia yang beriman masih punya Tuhan. Petikan alinea ketiga pembukaan UUD 1945 menyiratkan pesan, bahwa kepada Allah kita bisa percaya. Sejarah telah menuliskan, kemerdekaan republik ini diraih atas bantuan Rahmat Kasih KuasaNYA melalui doa dan ikhtiar perjuangan para pahlawan. Masih ada yang bisa dicoba. Masih ada yang bisa dipercaya.

“Berdoalah kepada-ku, maka akan aku perkenankan” (al-Mu’minun : 60)

Ya, sambil terus kita menjaga asa dalam berusaha swadaya mengobati patologi bangsa ini, yakinilah dengan iringan kekuatan doa. Janji Allah telah berfirman, setiap permintaan dan kepercayaan yang kita titipkan, akan berbuah keterkabulan. Bagi kaum beriman, doa adalah senjata utama selain ikhitiar sabar terus-terusan tanpa jeda, tanpa putus asa.

Tentu doa ikhtiarnya berproses waktu. Jangan berharap hanya dengan duduk komat-kamit di masjid lalu berharap ada keterkabulan kontan. Sudah diteladani sejarah, antara doa dan tiba ijabahnya, tidak tentu saat itu juga bak bak mantra sulapan abrakadabra. Bahkan kadang bisa berlangsung lama.

Nabi Yakub 40 tahun baru bisa bertemu Yusuf puteranya. Nabi Adam puluhan tahun terpisah, baru bisa bertemu dengan Hawa, isterinya. Nabi Ayyub 18 tahun baru dikabulkan doa kesembuhannya. Pangeran Diponegoro memulai doa dan usaha kemerdekaan Indonesia di era 1800-an, tapi secara formal Allah baru mengabulkan di tahun 1945. Semua doa butuh waktu pemenuhannya.

Nah, saya ajak Anda, kita semua percaya kepadaNYA. Selanjutnya mari saling berkirim doa. Agar kita dikuatkan, dirukunkan, disehatkan, dicerdaskan, disatukan, disejahterakan dan dimulyakan sebagaimana fitrah manusia Indonesia. Mari percaya dan berdoa untuk bangsa kita, agama kita, dan negara kita.

Doa yang dilakukan setiap saat, bukan hanya ketika sholat atau ritual-ritual yang formal berjadwal. Di setiap detik kita, di setiap aktifitas kita, di iring pekerjaan kantor kita, di awal rapat, di akhir musyawarah, di setiap inci ruang hati, di setiap hela nafas, berdoalah. InsyaAllah kebeningan hati kita semua akan menyatu pada kuasaNYA. Doa kita akan menjadi jembatan yang menyatukan jurang perbedaan.

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al-A’raf : 55)

1000 Al Fatihah untuk petunjuk kebenaran pemimpin negeri ini. 1000 Al Ikhlas untuk keikhlasan kita semua. 1000 Al Falaq untuk mengatasi iri, benci, dendam, hasud dan dengki diantara kita semua. 1000 An-Naas untuk mengobati prasangka dan perasaan was-was. 1000 bacaan ayat Kursi dan akhir surat Al Baqoroh untuk sapu jagad pembersihan terapi penyakit akut bangsa ini.

Percayalah kepada Tuhan Yang Maha Mengabulkan. Inilah celah yang belum sering kita rambah. Kekuatan gabungan antara semangat, harapan, dan keberadaan Tuhan. Doakanlah kepada orang yang salah, doakanlah kepada pimpinan yang pongah, doakanlah agar bangsa ini tidak bubrah, doa, doa dan doa. Jangan tergesa dan tetaplah khusnudzon kepadaNYA. Sembari itu usaha swadaya harus terus kita giatkan.

Rasulullah Saw sendiri bersabda, “Tidak seorang lelakipun yang berdoa dengan suatu doa melainkan pasti akan dikabulkan. Bisa disegerakan di dunia atau disimpan untuk akhirat, atau diampuni dosanya sekadar dengan apa yang ia minta, selagi ia tidak meminta pada suatu hal yang dosa atau memutus tali silaturahim. Atau ia tergesa-gesa dengan berkata, “Aku telah berdoa kepada Rabbku, namun tidak dikabulkan”. (HR. Tirmidzi)

Sekali lagi masih ada Tuhan yang bisa kita percaya dan kita mintai doa. Saya juga akan terus berdoa bersama suara kokok ayam jantan yang berbunyi berkal-kali setiap hari. Karena kata hadist, setiap ada suara kokok ayam jantar terdengar, saat itu ia melihat malaikat pembawa rahmat. Kita disarankan berdoa, “Ya Allah beri kami rahmat”.

Selamat berdoa dan mari saling berbagi efek positifnya. Kepada Allah, Tuhan Yang Kuasa, kita masih bisa menitipkan rasa percaya. InsyaAllah.

No comments: