Thursday, March 17, 2011

Diam Positif, Bicara Produktif

Tiga hari ini, saya dan beberapa rekan sedang mematangkan rencana pembuatan demplot tanam padi pola SRI (System of Rice Intensification). Sederhananya, pola SRI ini akan menyediakan beras organik yang ramah alam, dengan ongkos tanam freemium dan harga jual premium.

Diskusi SRI ini bermula dari wacana pemberdayaan dan kemandirian petani dalam rangka memantapkan ketahanan pangan nasional. Melalui penyejahteraan petani inilah kita berharap Indonesia tetap kondusif, stabilitas terjaga, dan mandiri berswadaya menjalankan kenegaraannya.

Sebagaimana diketahui, konsep ketahanan nasional dapat digerakkan melalui pendekatan keamanan (security) dan kesejahteraan (prosperity). Dengan asumsi itu, kita berharap jika petani sudah bertaraf sejahtera maka ketahanan pangan nasional akan aman terjaga. Selanjutnya ketahanan pangan akan mengefektifkan proses pelaksanaan ketahanan nasional.


Sementara kondisi saat ini, ketahanan pangan kita masuk level “peringatan dini” sebagaimana dirilis berita sinartani.com kemarin, Rabu (16/3). Sebuah panggilan kedaruratan yang harus kita sikapi segera dan bersama-sama.

Alhamdulillaah rencana demplot SRI ini bertaut sambut. Banyak pihak menyatakan dukungan, termasuk Pak Rhenald Kasali, penulis buku Cracking Zone sekaligus pemilik “Rumah Perubahan”. Sebagai wujud nyata dukungannya, Pak Rhenald bahkan sudah pasti akan mengirimkan dua staf ahlinya untuk pendampingan praktik SRI bersama rekan-rekan petani di lokasi demplot yang saya tempati.

Di saat yang sama, seorang rekan pegiat lingkungan yang tinggal di Bali mengajak saya agar turut berkampanye Hari Hening Sedunia (World Silent Day). Kampanye WSD adalah bukti kepedulian dan kesadaran kita sebagai manusia yang wajib memahami betapa letih bumi ini dalam meramut penghuninya. Maka setiap tanggal 21 Maret, kegiatan Hari Hening Sedunia ini diperingati.

Selama 4 jam di hari itu, kita disarankan diam dan 'menyepi' sejenak. Matikan peralatan listrik, kurangi aktifitas berkendaraan motor dan pemborosan sumberdaya alam lainnya. Tanamlah pohon, bersih-bersih sampah, bercerita, berkumpul bersama, bina hubungan dengan keluarga, rekan kerja, sahabat, tetangga dekat, atau buat kegiatan ramah lingkungan lainnya. Kampanye ini bertujuan memberikan kesempatan bumi agar dapat sejenak istirahat menghela nafas yang sudah sangat berat.

Wacana ketahanan pangan yang berlanjut ide-aksi SRI serta ajakan peduli lingkungan melalui kampanye WSD ini memiliki kesamaan asumsi: bicara hal-hal produktif atau diam merenungi hal-hal positif. Dalam konteks keIndonesiaan yang sekarang berproses menuju kedewasaan, pilihan “diam positif atau bicara produktif” patut dilaksanakan dan disegerakan. Setidaknya oleh kita yang berkomitmen dan percaya Indonesia dapat kembali pada cita-cita kemerdekaannya.

Di saat semua orang ribut adu mulut, biarlah kita diam dan tidak ikut-ikutan. Apalagi jika kita tidak mengetahui kejelasan persoalan, baiknya kita netral sambil terus bekerja saja. Ketika berbagai pihak saling tuding menyalahkan, kita afdol diam sambil membantu doa agar mereka dijauhkan dari hawa panas setan dan didekatkan pada aura sejuk kebenaran. Karena kalau masing-masing pihak sudah benar, tentu mereka akan rukun bersatu.

Seperti sekarang ini, isu dan kabar yang kita dengar setiap detik bergerak liar. Susah memilah mana yang bohong dan mana yang benar. Berita agitasi dan propaganda beriring tipis dengan warta asumsi dan kepastian fakta. Kalau tidak segera mawas dan bersikap cerdas, bangsa kita akan mudah dipecah belah melalui tayangan sinema berjudul “devide et empera”.

Maka lewat tulisan ini saya ajak Anda semua untuk diam positif atau bicara produktif. Penting terutama ketika menanggapi berita yang tersaji hari-hari ini. Agar pikiran dan jasad tetap sehat, hindari ikut-ikutan berkomentar sembarangan. Tak elok bila kita ikut nimbrung bahas persoalan yang kita tidak jelas kebenarannya. Untuk alasan kenyamanan dan keamanan keluarga kita, sebaiknya diam atau baca wirid positif saja sambil terus produktif bekerja.

Kalau Anda ingin bicara, mari diskusi tentang SRI. Sumbangkan ide konstruktif dan kreatif Anda pada saya. Kita akan berbagi peduli dan memetakan potensi untuk penanggulangan ancaman ketahanan pangan yang sudah di depan mata ini.

Syukur bila Anda mau terlibat langsung menyumbang peralatan, meminjamkan lahan atau jadi relawan saat proses pendampingan nanti. Saya sediakan alamat gusadhim@spmaa.or.id untuk menampung “bicara positif” Anda semua. Jadilah “Dewa SRI” dan “Dewi SRI” yang mengayomi kesejahteraan bangsa kita ini.

Jika Anda memilih diam, saya sangat menyarankan ikutilah kampanye World Silent Day 21 Maret, Senin esok. Mari sebentar menyepi dari mesin duniawi dan kembali berusaha menjadi manusia yang saling sapa dengan segenap indera perasanya.

Belajar mendiamkan pikiran agar muncul kearifan dan perenungan kebaikan. Mulut didiamkan agar panasnya suasana bisa sedikit reda. Peralatan diistirahatkan agar bumi mau mendingin lagi. Selanjutnya bila berkenan, tuliskan pengalaman renungan suci anda ke mysilent@worldsilentday.org

Sekali lagi, mari diam positif atau bicara produktif. Selanjutnya agar kita tetap merasa bahwa semua yang kita lakukan bertanggungjawab kepada agama, bangsa dan negara di dunia sampai akhirat, maka saya pungkasi tulisan ini dengan petikan ayat:

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. AL ISRA:36)

No comments: