Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran : 133-134)
Ayat di atas cocok kita gunakan sebagai refleksi akhir tahun ini. Secara lugas Allah telah memerintahkan agar manusia segera berlomba menuju ampunanNYA dengan imbalan surga seluas langit bumi. Catat, bahwa penekanan perintah terdapat pada kalimat “saari'uu” atau bersegeralah. Allah tentu memiliki jawaban kenapa kita diperintah berburu ampunan dan bukannya diminta menumpuk materi atau modal kesementaraan duniawi.
Pertama, tiada seorangpun di muka bumi ini yang setiap hari tanpa dosa. Tak terkecuali penulis pribadi dan pembaca semuanya. Saat menggunakan mata sehat ini untuk membaca, lalu kita lupa bersyukur, dosa. Saat duduk kita gunakan engsel persendian di lutut dengan enak tanpa sakit, kita luput bersyukur, itu dosa. Kita buka-buka halaman koran memakai engsel persendian jari, pergelangan tangan, sendi siku dan bahu tanpa rasa ngilu, lalu tiada bersyukur, itu sudah dosa.
Seluruh anggota tubuh dan ruh yang kita manfaatkan dengan gratis ini wajib disyukuri. Lupa syukur berarti kita kufur (cek QS. 14:7; QS. 2:152). Bila berani mengaku jujur, pada bab syukur saja kita sudah terlibat banyak dosa kufur. Yakni ingkar dan melupakan kenikmatan yang telah Tuhan berikan.
Fakta ini hampir terjadi setiap hari dan melibat kepada semua pribadi umat, apapun agama kepercayaannya. Jika tidak ditaubati segera, makin hari dosa itu kian bertambah saja. Ancaman hukuman siksanya tentu makin berat di alam kubur dan akhirat. Karena itulah Allah menyeru manusia untuk bersegera menuju kasih ampunanNYA.
Kedua, dosa setiap manusia selain bertambah setiap hari, macam ragamnya juga banyak dan bervariasi. Selain dosa kurang syukur, dosa lainnya sebanyak pasir di pantai bertumpuk setinggi langit. Dosa karena tidak ingat Allah, lupa persiapan bekal kehidupan akhirat, dosa karena lebih cinta uang dan barang-barang daripada Allah, dosa sombong, bohong, marah, dendam, iri, hasud, dengki, pamrih, riya', ujub, dosa meremehkan orang lain, mementingkan pribadi dan keluarga saja, membicarakan aib orang lain, dst. Semua itu nanti tertuntut dan berakibat hukuman di hadapan pengadilan Tuhan.
Beruntunglah, Allah dengan prerogatif kasihNYA memberikan kesempatan penebusan dosa selama kita masih hidup di dunia. Karena bila dosa yang super banyak dan bermacam-macamnya itu tidak dicicil dengan tangis taubat segera, dosa itu akan bertambah sehingga menutupi jiwa dan nurani. Ruang hati menjadi gelap sehingga sinar iman dan petunjuk tak bisa masuk.
Lebih fatal lagi, karena gelap hati sehingga kita tidak tahu dosa pribadi dan pandai mencela kesalahan orang lain. Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Maka terjadilah fenomena carut-marutnya Indonesia saat ini karena hanya pandai mengoreksi kesalahan orang lain dan luput meneliti dosa sendiri.
Ketiga, masa hidup kita di dunia sangat singkat. Rata-rata usia kita hanya antara 60-90 tahun saja. Ada mati yang membatasi. Itu berarti tenggat penebusan dosa selama masih ada kesempatan di dunia ini berhimpitan dengan takdir mati. Seperti berburu dengan waktu. Susahnya, kita tidak diberitahu kapan mati itu tiba, kapan masa penebusan dosa itu berakhir deadline-nya. Makanya Allah menekankan perintah pada kalimat “bersegeralah”.
Sebelum dosa-dosa itu kian menghebat merusak kesehatan ruh dan jasad, sebelum masa tenggat itu lewat, sebelum jatuh kepastian wafat, senyampang masih ada jasad dikandung hayat, selagi Allah masih memberi kesempatan bertaubat, bersegeralah dan lakukan cepat.
Karena sepanjang waktu kita menyicil ampunan itu, dosa-dosa yang lain kerap menghampiri lagi tanpa bisa kita deteksi. Makanya kita harus segerakan memulai misi pertaubatan ini dan jangan ditunda lagi. Kalau tidak ditaubati sekarang juga, siapa yang menjamin 1 menit lagi kita masih ada di dunia ini??
Keempat, para Rasul teladan hidup kita semua telah memberikan contoh bahwa penebusan dosa dan pertaubatan mengejar ampunan Tuhan adalah satu keharusan. Lihatlah Rasul Adam a.s moyang kita semua mengaku dzalim dan menangis-taubati dosanya seperti dikisahkan dalam QS. 7:23. Rasul Yunus a.s. mengaku dzalim dan berdoa taubat atas kekurangsabarannya menggembala umat (QS. 21:87). Rasul Musa a.s. juga mengaku dzalim dan meminta ampunan sebagaimana tersebut di QS. 28:16.
Rasulullah Muhammad SAW pernah sholat semalam suntuk sambil menangis hanya karena beberapa saat tidak ingat keberadaan Allah. Peristiwa ini yang menjadi asbabun nuzul wahyu QS. 3:190-191. Di dalam hadis, beliau juga dikisahkan mengucap doa taubat seratus kali setiap hari. Sekali lagi dari teladan para Rasul ini, kita menemukan urgensi perintah saari'uu ilaa maghfirah dan bersegeralah !. Kalau tidak bercepat-cepat taubat, mau ditunda sampai kapan lagi?
Beliau-beliau Rasul yang maksum dan dijaga olehNYA saja, masih terkena dosa dan mau bertaubat. Alangkah congkak dan bebalnya diri kita yang berderajat manusia biasa, jika tak mau mengaku dosa dan enggan bersegera menuju ampunan. Betapa naif dan sombong bila kita merasa selalu merasa baik saja. Sungguh tak layak jika kita hanya bisa meneliti kesalahan orang lain dan luput mencari dosa sendiri.
Sudah sucikah kita? Bebas dosakah kita? Bernilai maksumkah kita? Kenyang pahalakah kita? Tentu kita setuju bahwa kita tak lebih baik kesalehannya dari Rasul itu.
Pertaubatan dan misi penebusan dosa selayaknya kita lakukan sekarang juga. Dimulai dari diri sendiri lalu mengajak keluarga semua. Jangan menimpakan dosa diri kepada orang lain untuk dimintakan tebusan. Karena dosa adalah konsekwensi diri. Akibat perbuatannya tidak bisa dititipkan dan tanggungjawab tuntutannya tidak bisa diwakilkan. Dosa adalah properti pribadi dan bersifat nafsi-nafsi. Wa laa taziru waazirotu wizro ukhroo.
Dosa itu harus ditangis taubati dan kita tebus sendiri. Setiap desah nafas kita iringi doa taubat. Tangis taubat itulah yang kita harap mampu menghadirkan syafaat kelak di akhirat. Doa pemintaan ampunan setiap hari itulah sebagai wasilah penebus dosa kita.
Selain dengan tangisan, untuk menebus dosa kita kudu memperbanyak amal saleh, menahan amarah dan memaafkan orang yang bersalah. Istighfar dan berdoalah di setiap aktifitas kita. Lakukan secara pribadi di mihrab hati yang khusyu' dan hanya berdua denganNYA. Bukan dengan cara istighosah politisi rame-rame geleng kepala di bawah sorotan kamera.
Misi penebusan dosa akan berdampak signifikan bagi bangsa ini ke depan. Selain menghindari ancaman disintegrasi dan pertikaian berkelanjutan, bulir air mata taubat akan menjaga ruhani tetap sehat. Pribadi akan wirai dan rendah hati. Semuanya saling mempersilakan, bukan malah saling berebutan minta posisi di depan. Yang paling penting, tumbuh kesadaran menginsafi dosa pribadi dan waspada muslihat musuh ghaib setan yang suka mengadu domba antar kita semua anak manusia.
No comments:
Post a Comment